Dusun Bagan Asam Saat Ini Dan Jalan Darat Yang Belum Juga Terealisasi

Salah satu faktor pendukung kemajuan suatu daerah adalah infrasruktur yang tersedia. Infrastruktur itu bisa berupa jalan, kantor pelayanan kesehatan (Pustu atau Poskesdes), bangunan sekolah, dll. Tidak dipungkiri memang masih banyak daerah yang belum memiliki infrastruktur yang baik, seperti jalan yang tidak bisa dilewati kendaraan atau hanya berupa jalan tikus, sekolah masih banyak yang rusak, kantor pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Jika berbicara mengenai infrastruktur maka tidak akan habis-habisnya, selagi daerah tersebut dalam masa perkembangan. Dalam tulisan ini penulis memfokuskan pada suatu daerah yang terpencil yang terletak di Dusun Bagan Asam Kecamatan Toba Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat yang belum memiliki akses jalan darat.

Sejak dusun Bagan Asam berdiri puluhan tahun yang lalu, masyarakatnya sudah terbiasa menggunakan jalur sungai sebagai jalur transfortasi utama. Setiap hari mereka menggunakan sungai untuk semua keperluan, seperti akses berpergian dan mata pencaharian. Mereka sangat menikmati kehidupan seperti ini, salah satu sebabnya karena mereka mudah menemukan apa saja yang mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan mereka. Jika ingin memenuhi konsumsi harian, mereka dengan mudah memancing dan mendapatkan ikan yang banyak, jika mereka ingin membuat rumah, mereka hanya perlu berjalan beberapa menit saja untuk mengambil kayu yang sudah disediakan oleh alam. Intinya masyarakat Dusun Bagan Asam sangat dekat dengan alamnya.

Untuk berpergian ke daerah tertentu atau bahkan ke ladang padi atau kebun karet mereka juga harus mengayuh sampan hingga sampai ke tujuan. Rata-rata mereka butuh minimal lima belas menit berkayuh hingga sampai ke kebun, dan keadaan ini berjalan berpuluh tahun lamanya hingga dari generasi ke generasi. Jika mereka harus ke daerah lain atau mencapai kota kecamatan Teraju, mereka harus menggunakan speed boat yang menggunakan mesin. Dengan biaya bensin yang sangat mahal. Untuk sekali jalan mereka harus mempersiapkan uang sekitar 150 ribu untuk biaya bensin saja, belum lagi mereka harus menumpang motor darat, karena tidak mungkin berjalan kaki untuk mencapai kota kecamatan, dan ujung-ujungnya mereka juga membawa oleh-oleh yang bisa mereka beli di pasar Kecamatan.

Kehidupan yang tidak mudah bagi generasi saat ini atau generasi kekinian. Jalan darat yang tidak ada, lampu PLN tidak ada, akses internet tidak tersedia, dan bahkan banyak dari mereka yang tidak mengenal internet dan laptop. Disamping tidak tersedianya infrastruktur jalan darat, ekonomi yang semakin terpuruk dengan rendahnya nilai jual karet membuat warga tidak memiliki daya beli. Saat ini mereka mengkonsumsi apa adanya, bahkan tidak memiliki uang untuk membiaya kebutuhan sekolah anak-anak mereka. Tidak banyak anak-anak yang bisa melanjutkan ke jejang SMA. Kebanyakan dari mereka hanya sampai pada SMP, itupun karena ada SMP Negeri satu atap yang membantu pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah pertama. Penulis hanya mengetahui satu orang saja yang saat ini masih menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, semoga selesai dan membuat perubahan.

Anak-anak di dusun ini juga terlihat kurang bersemangat. Banyak dari mereka yang putus sekolah dan umumnya yang masih menempuh pendidikan di jenjang SMA. Rata-rata yang putus sekolah kembali lagi ke Bagan Asam dan menjalani profesi seperti orang tuanya yaitu bertani karet dan penangkap ikan. Tidak banyak dari mereka yang menjadi pekerja harian lepas di perusahaan sawit, tapi biasanya tidak berlangsung lama, kemudian balik lagi ke profesi awal. Bertahun tahun kehidupan masyarakat tidak mengalami perubahan. Terlihat mereka menikmati kehidupan yang mereka jalani saat ini, kehidupan lebih banyak dilakukan dengan bersantai-santai. Tidak ada terlihat motivasi atau target untuk bersaing ke arah yang lebih baik. Atau mungkin karena daerah yang terpencil membuat situasi seperti ini?, atau kah memang karakter mereka yang sejak dulunya telah mendarah daging?, mungkin saja.

Krisis harga karet yang semakin mengalami penurunan yang membuat mereka semakin sadar bahwa mereka harus bekerja keras untuk mencari tambahan untuk kehidupan mereka. Banyak dari mereka yang beralih profesi menjadi pekerja lepas di perusahaan sawit yang beroperasi tidak jauh dari Dusun Bagan Asam. Walaupun tidak jauh, mereka juga harus menggunakan speed boat untuk mencapai daerah tersebut, dan biayanya juga cukup mahal. Andaikan saja ada akses jalan darat, maka kemungkinan akan merubah cara pandang warga tentang kehidupan.

Dusun Bagan Asam adalah salah satu tempat yang lumayan asik buat enjoying the life dengan melakukan hal-hal yang sudah tidak biasa dilakukan oleh masyarakat di perkotaan. Misalnya memancing langsung di sungai yang masih banyak ikannya, menaiki sampan menyusuri sungai, kumpul-kumpul dengan warga sekitar dengan membicarakan hal-hal yang ringan, pergi ke kebun karet, main bola di lapangan yang bertanah/berlumpur, dll. Tidak ada terasa persaingan status sosial atau ekonomi di daerah ini, karena rata-rata memiliki status sosial yang sama. Tetapi walaupun jauh di daerah terpencil, menurunnya kondisi ekonomi pun sangat terasa. Terlihat harga-harga pangan dan sandang yang di dapatkan di kota pun naik. Sehingga wargapun harus semakin rajin untuk mencari ikan sebagai sumber konsumsi yang mudah di dapat.

Akses jalan darat yang sangat di dambakan oleh semua warga Dusun Bagan Asam. Telah dikatakan penulis bahwa mungkin salah satu cara merubah pandangan terhadap kehidupan adalah dengan tersedianya akses jalan darat, sehingga pengaruh positif dari luar akan masuk ke Dusun yang terisolir ini. Pengaruh positif itu berupa pengetahuan, motivasi untuk berkembang, dan keaktifan warga dalam kegiatan di luar dusun. Bahkan bukan tidak mungkin mereka akan mengalami kemajuan di bidang ekonomi yang tentunya akan berdampak positif kepada pendidikan anak-anak mereka, sehingga akan banyak sarjana-sarjana yang berasal dari sini.

Desas desus tentang akan dibukanya akses jalan di Dusun ini sebenarnya sudah terdengar kencang mulai tahun 2011 yang lalu, dimana mulai masuknya perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bidang penanaman sawit dan albasia. Entah bagaimana, apa yang terjadi tiba-tiba saja desas desus itu menghilang dengan sendirinya. Akhirnya masyarakat putus harapan lagi. Mereka hampir sudah tidak percaya pada kabar tentang akan di bukannya akses jalan darat. Sebenarnya masyarakat dusun Bagan Asam sangat antusias jika mendengar kalau ada kabar akan dibukanya akses jalan darat, tapi perasaan itu bercampur dengan ketidak percayaan terhadap janji-janji perusahaan yang akan membantu membuka aksesnya.

Kabar gembira itu terjadi saat salah satu masyarakat dusun Bagan Asam menjadi kepala desa. Harapan akan adanya akses jalan darat terbuka lebar kembali. Masyarakat banyak menaruh harapan-harapan besar terhadap kepala desa ini. Salah satunya adalah terwujudnya jalan darat Tidak sia-sia apa yang diharapkan oleh warga, banyak pembangunan yang sudah berjalan di dusun ini, salah satunya adalah telah berdirinya bangunan Posyandu (Pos pelayanan terpadu), dermaga kecil yang masih dalam proses pembangunan, dll.

Walaupun sudah ada pembangunan disana sini, namun belum memenuhi kepuasan warga Dusun Bagan Asam, dimana mereka masih menggunakan sampan dan speed boat sebagai alat transportasi utama. Di akhir tahun 2015 yang lalu juga sudah ada perencanaan akan di bukannya akses jalan darat, terdengar kabar bahwa pembukaan akases jalan ini akan dilakukan oleh swadaya masyarakat yang bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Entahlah apa yang terjadi, ditunggu-tunggu belum juga terealisasi. Bahkan hingga penulis menulis coretan ini rapat-rapat tentang pembukaan jalan darat ini masih berlangsung. Kabar yang terdengar nantinya pembukaan akses jalan darat ini akan di bantu oleh TNI, perusahaan, dan masyarakat. Terdengar kabar dinas PU yang akan mengkoordinir kegiatan ini.

Terlepas dari semua itu, masyarakat di Dusun Bagan Asam memang sangat memerlukan akses jalan darat. Akan banyak dampak positif yang timbul dari pembukaan jalan darat tersebut yang sudah penulis sampaikan sebelumnya. Semogalah akses jalan darat ini segera terealisasi sehingga masyarakat dengan mudah berpergian dan ekonomi pun akan segera meningkat. Penulis yang juga merupakan guru SMP di dusun Bagan Asam juga sangat mengharapkan adanya jalan darat, sehingga memudahkan segala urusan. Saat ini penulis dan warga sangat bergantung pada speed boat yang ongkosnya sangat mahal. Semogalah apa yang ditulis penulis ini bisa terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.



Bagan Asam, 21 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar